Ilusi Pikiran Sukra Sang Putra Brighu, Bagian Pertama


Pikiran tidak perlu diupayakan. Kau lahir dengan pikiran. Yang perlu diupayakan ialah kesadaran. Pikiran adalah hasil jerih-payahmu di masa lalu. Itu yang membentuk lapisan-lapisan alam bawah sadar dan sebagainya. Kesadaran adalah hasil upayamu saat ini. Pikiran telah membentukmu. Kesadaran dapat mengubahmu. Pikiran adalah program yang sudah ter-install dalam dirimu. Ada bagian memori, ada bagian obsesi, ada khayalan, ada keinginan, ada impian. Program ini sudah baku, seluas-luasnya programmu tetap ada batasnya. Kesadaran membebaskan kamu dari segala macam program. Pikiran memperbudak dirimu. Kesadaran membebaskan dirimu. *1 Bhaja Govindam

 

Terobsesi Bidadari Cantik

Sri Rama bertanya kepada Resi Vasishtha, “Guru, wujud dari Bimbingan dan Kasih Ilahi yang dianugerahkan Keberadaan kepadaku,  mohon diterangkan bagaimana seseorang dapat menikmati kenikmatan surgawi, padahal semuanya tersebut pada hakikatnya hanya berupa ilusi pikiran.” Resi Vasishtha tersenyum kepada Sri Rama yang masih remaja, dan mulailah dia bercerita tentang Resi Sukra.

Pada suatu hari, Resi Bhrigu bertapa di pegunungan Mandrachal yang sejuk dan indah. Sukra, putra Resi Bhrigu yang beranjak dewasa, menjaga dan melayani keperluan ayahnya dan duduk bersila di dekatnya. Sewaktu Resi Bhrigu nampak terserap dalam samadhinya, Sukra menyingkir ke tempat yang tenang dan mulai mengatur napasnya.

Dalam rasa penuh damai, Sukra, sang remaja memperhatikan langit yang begitu indah. Awan putih nampak menari perlahan dengan penuh kelembutan. Tiba-tiba, kedua matanya terbeliak. Dia menyaksikan bidadari yang sangat cantik terbang dengan penuh gemulai di angkasa. 

Dengan memejamkan matanya, Sukra membayangkan betapa berbahagianya dapat hidup bersama sang bidadari tersebut. Seakan-akan seperti dipandu instruktur pastlife, Sukra merasa dirinya setengah melayang dan mencapai surga yang dipenuhi pohon kalpa . Sukra merasa berjalan-jalan di surga dan untuk melupakan sang bidadari, dia berpikir tentang Indra, yang kemudian mempersilahkannya masuk ke taman surga dan tinggal beberapa hari di sana.

Yang menuntut kenikmatan indra adalah mind. Keinginan, keterikatan dan apa yang kita anggap cinta selama ini, semua adalah expression of mind, ungkapan-ungkapan mind. Sukra larut dalam mind. Dan mind itu sangat cepat, bahkan jauh melebihi kecepatan cahaya.

Tanah, air, udara, api, dan ruang kosong—inilah lima elemen alami di balik ciptaan, di balik keberadaan. Badan kita memiliki kelima-limanya, oleh karena itu padat. Pikiran dan perasaan tidak memiliki semuanya. Setidaknya berkurang satu elemen, yaitu tanah, maka tidak padat lebih cair. Untuk menempuh jarak antara Jakarta dan Johannesburg, badan membutuhkan waktu berjam-jam. Pikiran mampu menempuhnya dalam sekejap*1 Bhaja Govindam

Sukra terserap imaginasinya dan melupakan tubuhnya. Sesuai hukum ketertarikan, law of attraction, ibarat magnet, apa yang menjadi obsesi pikiran siang dan malam akan mendekati dirinya. Pada suatu hari saat berjalan-jalan di taman Sukra melihat sang bidadari impiannya sedang bercanda dengan teman-temannya. Vishvachi, demikian nama sang bidadari tersebut. Sukra dan Vishvachi saling pandang dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama, semuanya berjalan sesuai dengan ilusi di benak Sukra. Keduanya langsung dimabuk asmara dan menghabiskan waktu di bawah pohon kalpa dan menikmati taman surga selama 32 Yuga.

Lapisan Perbudakan pada Tubuh atau Lapisan Kesadaran Jasmani sungguh sangat sulit untuk dilampaui. Sementara ini, percaya tak-percaya, seluruh kesadaran kita terfokus pada lapisan yang satu ini. Dari makan, minum, tidur, sanggama, belajar dan berbisnis, hingga beragama, semua kegiatan tanpa kecuali, terjadi pada lapisan yang ini.  Yang dimaksud dengan lapisan kesadaran jasmani ini bukanlah badan, bukan tubuh, tetapi “perbudakan” pada badan, pada tubuh. Selama hidup di dunia ini kita tidak bisa tidak berbadan, bertubuh. Itu tidak dapat dihindari. Kendati demikian, tidak ada keharusan, tidak ada kewajiban bagi kita untuk membudak pada tubuh. Silakan bertubuh, silakan berbadan, silakan menikmati “kepemilikan”, tapi jangan menjadi budaknya. Jadilah pemilik, the master of your senses, not the slave. Jadilah raja dari panca indera dan pikiran yang kita miliki; janganlah menjadi budak mereka. *2 Mawar Mistik

 

Mengalami suka duka hidup di dunia

Tanpa terasa Sukra dan Vishvachi telah menjadi budak dari kesenangan indera mereka. Karena hidup penuh kenikmatan dalam alam pikiran, maka hukum alam pun dirasakan oleh mereka. Sewaktu karma baik mereka usai, maka mereka pun harus lahir kembali ke bumi. Ruhnya jatuh ke bumi bersama air hujan dan jatuh ke tanaman padi. Daksharya, seorang brahmana memakan nasi hasil tanaman padi tersebut dan kemudian memadu kasih dengan istrinya. Isteri sang brahmana hamil dan lahirlah Sukra.

Keinginan sepasang manusia untuk mendapatkan putra, selaras dengan keinginan alam semesta sehingga alam lah yang mengatur dan memfasilitasinya. Seorang calon ibu mengikuti nalurinya untuk melestarikan jenisnya dengan berumah tangga. Lelaki pasangannya diharapkannya dapat mengisi kekurangan yang ada pada dirinya. Proses menyatunya dua jiwa lewat hubungan jasmani merupakan peristiwa yang suci.

Ketika sel telurnya sudah dibuahi sperma, maka proses berkembangnya janin, pembuatan air ketuban dan lain-lainnya, alam lah yang memfasilitasinya. Berkembangnya satu sel induk menjadi milyaran sel dalam bentuk janin, ada sel-sel yang berkembang menjadi mata, ada yang menjadi telinga, ada yang menjadi otak dan lain-lainnya  menjadi urusan alam. Seorang yang angkuh dan merasa telah membuat anak perlu menyadari kekuasaan Sang Keberadaan yang memfasilitasinya.

Sang bidadari Vishvachi juga mengalami hal yang hampir sama dengan Sukra dan lahir sebagai putri raja Mahwa. Saat sang putri raja berusia 16 tahun, dia berdoa dan mohon kepada Shiva, kekuatan sang pendaur ulang alam agar dapat menikah lagi dengan suminya pada kehidupan sebelumnya. Sebagai seorang putri raja, untuk mendapatkan suami, ayahandanya mengadakan sayembara. Hal tersebut dilakukan agar putrinya dapat berkenan memilih pemuda yang disukainya.

Alkisah, Brahmana Daksharya hadir bersama putranya. Melihat Sukra, putra sang brahmana sang putri langsung mengalungkan bunga kepadanya sebagai tanda dia telah memilih jodohnya. Vishvachi mungkin tidak sadar bahwa sang pemuda itulah suaminya di kehidupan masa lalu seperti yang dimohonkan kepada Shiva, Sang Mahadewa. Raja Mahwa selanjutnya menyerahkan kekuasaan kepada sang menantu. Demikian inkarnasi Sukra memerintah kerajaan sampai usia tua.

Sebagai raja, Keberadaan membimbingnya untuk bertemu dengan para resi suci yang akhirnya membuat Sukra sadar bahwa keterikatan terhadap wanita menyebabkan perjalanannya semakin jauh dari jalan kembali kepada Keberadaan.

Segala tindakannya dalam hidup ini baik yang dilakukan dengan kesadaran maupun yang tidak, harus dipertanggungjawabkan, dan dia harus melalui beberapa kehidupan sampai dapat menyelesaikan semua benih-benih tindakan yang telah dilakukannya. Padahal dalam setiap kelahiran ulang, dalam setiap kehidupan baru selalu saja ada benih baru yang ditanam, yang tumbuh dan yang berkembang dan harus dituainya kemudian. Kapan selesainya lingkaran kehidupan dan kematian ini?

Tendensi spiritual merasuki jiwanya, akan tetapi raga Sukra sudah terlanjur tua. Akhirnya ia menemui kematian dalam keadaan hutang-hutang tindakan yang belum terselesaikan.

Ada tradisi acara pemakaman yang perlu dimaknai kembali. Sebelum jenazah dimakamkan, para kerabat menyampaikan kepada para takziah bahwasanya kalau ada hutang-hutang dan tanggungan yang belum diselesaikan agar menghubungi para kerabat untuk menyelesaikannya. Masalahnya adalah dalam kehidupan seseorang bukan hanya hutang uang tetapi juga hutang dalam bentuk perbuatan. Bagaimana kerabat dapat menyelesaikan hutang perbuatan orang yang meninggal semasa hidupnya? Hukum aksi reaksi tidak terletak pada satu bidang yang sama, sehingga semua aksi kebaikannya dan keburukannya dapat dijumlahkan dan dikurangi. Yang baik tetap mendapat balasan kebaikan, dan yang buruk tetap mendapat balasan keburukan.

 

Melepaskan diri dari keterikatan dunia

Sesuai dengan benih sebab-akibat yang ditanam pada masa lalunya, maka Sukra lahir lagi sebagai seorang pemburu burung. Namun kembali pada saat menjelang akhir hayatnya ia menyibukkan diri dalam jalan spiritual. Selanjutnya ia lahir lagi sebagai seorang raja dinasti Surya. Sebagai seorang raja sesuai dengan karmanya, ia mempelajari kitab suci dan yoga, sehingga pada kelahiran selanjutnya ia hidup sebagai seorang brahmana.

Apa yang terpikir sepanjang hidup, itu pula yang terpikir saat ajal tiba, karena kematian adalah perpanjangan atau kelangsungan dari kehidupan. Kemudian ia melingkar dan bertemu kembali dengan titik kelahiran. Kejahatan sepanjang usia tidak dapat dipisahkan dari saat ajal tiba. Saat ajal tiba tidak dapat dipisahkan dari saat kelahiran. Tanggal kelahiran dan tanggal kematian mungkin adalah dua tangga yang berbeda, namun kedua tanggal itu dipertemuan oleh hidup saat ini. Kelahiran adalah kepastian yang sudah berlalu. Kematian adalah kepastian yang akan datang. Diantara kedua kepastian itu adalah kehidupan kita. *3 Life Workbook

Upayanya melakukan yoga dan memahami Veda semakin meningkat, sehingga pada kelahiran selanjutnya hidup sebagai orang perpengetahuan keilahian dan hidup selama satu kalpa.

Sesudah itu ia lahir sebagai putra seorang resi yang rajin bertapa di gunung Semeru. Pada kelahiran berikutnya ia lahir sebagai Raja Madyadesh dan sebelum meninggal ia bertapa. Kemudian ia lahir sebagai putra seorang  pertapa. Pada kehidupan ini spiritualitasnya meningkat dan ia mengalami kehidupan tanpa rasa suka dan duka sambil bertapa di tepi sungai Gangga. Sukra telah mencapai tahap melampaui mind.

Apa yang terjadi bila pikiran atau mind sudah terlampaui? Apa yang dilakukan oleh mereka, yang konon sudah berkesadaran? Pertama: Apa yang terjadi? Mereka terbebaskan dari pengendalian “oleh” mind. Mereka keluar dari “penjara” mind; Kedua: Apa yang mereka lakukan? Mereka mengamati mind; mereka mengamati keadaan penjara di mana mereka ditahan selama ini. Karena itu, mereka dapat melihat dengan jelas dan jernih keadaan “diri” mereka. Mereka dapat memahami “sebab” atau “alasan” perilaku mereka selama ini. Kemudian, berdasarkan penglihatan dan pemahaman yang baru itu, mereka pun dapat “mengubah” keadaan; dapat melakukan transformasi atau perombakan total. Mereka dapat memperbaharui mind mereka. Mereka dapat menciptakan mind yang baru, mind berkesadaran. *4 Neo Psyhic Awareness

Demikianlah Sukra telah mengembara sesuai imaginasinya. Tubuhnya di bukit Mandrachal telah berubah kaku, namun tidak terganggu oleh serangga dan hewan lainnya.  Di  dekat  tubuhnya, Resi Bhrigu masih larut dalam samadhi, sampai pada suatu saat sang resi terjaga dan melihat tubuh sang putra yang telah menjadi kaku.

 

Menyadari hakikat kebenaran

Mind berkesadaran-itulah hasil akhir latihan-latihan  yang diberikan. Itulah Psychic Awareness, Kesadaran yang meluas dan merangkul. Itulah mind ciptaan kita sendiri, sesuai dengan kesadaran kita sendiri. Selama ini kita hidup dengan mind ciptaan orang, ciptaan masyarakat, ciptaan orangtua, ciptaan keadaan dan lingkungan di mana kita lahir dan tumbuh. Sekarang, saatnya kita memproklamasikan kemerdekaan diri. Kita tidak dapat mengubah keadaan di luar, tidak dapat mengubah masyarakat di sekitar, bila diri kira belum berubah. Perubahan diri dulu, baru perubahan keadaan di luar. *4 Neo Psyhic Awareness

Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri. Untuk mengubah kondisi di luar kita perlu mengubah diri sendiri dulu. Banyak orang yang bingung mulai dari mana memperbaiki negara Indonesia. Dalam segala bidang banyak terjadi carut marut di Indonesia.

Guru pernah bercerita, ada 300 ekor kera di suatu pulau di Jepang. Beberapa ekor kera diajari mencuci ketela sebelum memakannya. Berminggu-minggu mereka diajari dan sulit sekali mengubah kebiasaan. Akan tetapi setelah satu, dua, tiga sampai sembilan ekor kera dapat melakukannya, maka prosesnya menjadi lebih cepat. Mencapai tiga puluh ekor kera, proses semakin cepat dan tiba-tiba 300 ekor kera semuanya mencuci ketela sebelum memakannya. Yang luar biasa, kera-kera di pulau lainnya yang terpisah lautan, tiba-tiba semuanya mencuci ketela sebelum memakannya.

Energi kesadaran bergerak begitu cepat. Saudara-saudaraku mari kita semua mulai meningkatkan kesadaran. Dengan perubahan yang terjadi pada diri kita, masyarakat cepat berubah dan Indonesia Jaya sudah berada di depan mata. Amin. So be it!

Terima Kasih Guru. Kami bersujud pada Dia yang berada dalam diri Guru. Namaste!

 

*1 Bhaja Govindam                      Bhaja Govindam Nyanyian Kebijaksanaan Sang Mahaguru Shankara, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2004.

*2 Mawar Mistik                         Mawar Mistik, Ulasan Injil Maria Magdalena, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

*3 Life Workbook                        Life Workbook Melangkah dalam Pencerahan, Kendala dalam Perjalanan, dan Cara Mengatasinya, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2007.

*4 Neo Psyhic Awareness              Neo Psyhic Awareness, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2005.

 

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

https://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Oktober 2009.

Tinggalkan komentar