Sehabis penyuluhan terhadap masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, seorang penyuluh ngudarasa, berkeluh kesah dengan penyuluh temannya. Mari kita dengarkan pembicaraan mereka.
Penyuluh pertama: Reformasi sudah berjalan hampir sepuluhan tahun, tetapi dampak negatifnya masih terasa. Bantaran sungai ini tadinya hanya berupa semak-semak tak terawat. Pejabat yang merasa sebagai penguasa pada waktu itu membiarkan pendukungnya mengolah bantaran sungai. Sehingga sekarang menjadi kemriyek, padat seperti saat ini, sulit untuk ditata. Padahal bencana banjir setiap saat mengintainya.
Penyuluh kedua: Kami mengamati, pertama kali hanya ada tanaman kacang dan jagung, kemudian dilengkapi pohon pisang, seterusnya berdiri gubuk, gudang dan akhirnya menjadi rumah bertingkat. Setiap menjelang pilkada, apakah pemilihan Bupati/Walikota atau pemilihan Gubernur selalu saja penertiban terkendala, karena banyaknya, masyarakat bantaran sungai mempunyai jumlah suara yang signifikan dalam setiap pilkada.
Filed under: dialog rasa | Tagged: alam.nusantara, anand krishna, kesadaran | Leave a comment »