Perjalanan Batin Dewi Sinta Bagian Pertama, isteri seorang Avatara

Dan, di atas segalanya, Anugerah-Nya yang sungguh tak tertandingi ialah “Kebebasan”. Ia memberi kita kebebasan untuk berpikir, berkarya, Ia tidak memperbudak kita. Jika kita berhamba kepada-Nya, maka itu pun bukanlah karena perintah-Nya. Tetapi, semata karena cinta kita, karena kesadaran serta keinginan kita untuk berhamba. Ia membebaskan kita dari belenggu-belenggu keterikatan, keserakahan dan lain sebagainya yang mengikat diri kita dan menyebabkan kesengsaraan. Ia membebaskan diri kita dari identitas diri yang palsu, “aku” yang tidak berarti. Ia mengantar kita pada Kesadaran Tertinggi Sang Aku Sejati! *1 Panca Aksara

Pergolakan batin Dewi Sinta di Alengka

Setiap Rahwana datang Dewi Sinta berada dalam ketegangan, dia selalu bersiap untuk melakukan bunuh diri dengan cundrik yang tak lepas dari tubuhnya. Begitu Rahwana memaksa, dia segera melakukan bunuh diri. Akan tetapi sudah sekian lama, ternyata Rahwana tidak memaksakan diri. Rahwana hanya mau menikahinya apabila dia mau menjadi isterinya. “Gusti, aku bersyukur atas perlindungan-Mu. Hanya pada-Mu yang tidak dapat kulihat, hanya keberadaan-Mu dapat kurasakan, bahwa Gusti begitu menyayangi diriku. Gusti, aku merasakan kebahagiaan kala aku sendirian dan dapat berkomunikasi dengan diri-Mu. Sudah lama aku tak tahu kabar berita suamiku. Aku yakin pada-Mu kalau Engkau berkenan sesulit apa pun keadaannya, akan ada juga jalannya. Aku pasrahkan diri ini kepada-Mu. Kepada siapa lagi kalau bukan pada-Mu” Baca lebih lanjut